Kabar tutorial

Tuesday, January 15, 2019

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum wafat

| Tuesday, January 15, 2019
Assalamualaikum..

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum wafat.
Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi beliau sangat lemah.

Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil semua sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kmdn, penuhlah Masjid dg para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendpt taushiyah dr Rasulullah SAW.



nix 82 cell


Beliau duduk dg lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yg tengah dilderitanpya.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sahabat2 ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya Tuhan yg layak di sembah?"

Semua sahabat menjawab dg suara bersemangat, " Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kpd kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yg layak disembah."

Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kpd mereka."

Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yg Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.

Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yg menjadikan para sahabat sedih dan terharu.

Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dg manusia. Maka aku ingin bertanya kpd kalian semua. Adakah aku berhutang kpd kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tsb. Karena aku tidak mau bertemu dg Allah dlm keadaan berhutang dg manusia."

Ketika itu semua sahabat diam, dan dlm hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dg kita? Kamilah yg banyak berhutang kpd Rasulullah".

Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.

Tiba2 bangun seorang lelaki yg bernama UKASYAH, seorang sahabat mantan preman sblm masuk Islam, dia berkata:

"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".

Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".

Maka Ukasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi cambuk tsb tidak kena pada belakang kuda, tapi justru terkena pada dadaku, karena ketika itu aku berdiri di
belakang kuda yg engkau tunggangi wahai Rasulullah".

Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yg sama."

Dengan suara yg agak tinggi, Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."

Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian.

Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah pd Ukasyah. "Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah. bukankah Baginda sedang sakit..!?"

Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.

Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"

Bilal menjawab dg nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah utk memukul Rasulullah"

Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:
"Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sdg sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".

Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".

Bilal membawa cambuk tsb ke Masjid lalu diberikan kpd Ukasyah.
Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.

Tiba2 Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil
berkata: "Ykasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang yg pertama beriman dg apa yg Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabtnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku".

Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dg Ukasyah".

Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:

"Ukasyah..! kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada seorangpun yg boleh menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!."

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dg Ukasyah".

Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah, tiba2 berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.

Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yg sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dg Ukasyah" .

Ukasyah semakin dekat dg Rasulullah. Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen.

Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon. "Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dg memukul kami sesungguhnya itu sama dg menyakIiti kakek kami, wahai Paman."

Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai cucu2 kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek dg Paman Ukasyah".

Begitu sampai di tangga mimbar, dg lantang Ukasyah berkata:

"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini."

Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta bbrp sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:

"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah"

Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.
Tanpa berlama2 dlm keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yg sangat indah, sedang bbrp batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.

Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih2an. Nanti Allah akan murka padamu."

Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, cambuk di tangannya ia buang jauh2, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya. Sambil menangis sejadi2nya,

Ukasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku


melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dg tubuhmu.

Seumur hidupku aku bercita2 dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka.

Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah..."

Rasulullah SAW dg senyum berkata:
"Wahai sahabat2ku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!"

Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat
bergantian memeluk Rasulullah SAW.

Semoga dengan membaca ini bila ada air mata ini membuktikan kecintaan kita kepada kekasih Allah SWT....

Allahumma sholli 'alaa Muhammad.
Allahumma sholli 'alayhi wassalam ...
Semoga Allah Swt. Sll meridloi kita semua, Amin
.....
NB:
Yuk kita posting di medsos tentang keagungan Rosulullah...

⛔  jangan sampai kisah  ini kalah populer dibanding yg lain...

"الصلاة والسلام عليك يارسول الله....                      
[6:40 PM, 3/22/2017] +62 813-6880-0789: "Singa dari Timur [4]"

: Usaha Da'wah Masturah

*

Bismillah...

Di sebuah desa bernama Kasabpura (dekat New Delhi, India) hiduplah sepasang suami istri, Maulana ‘Abdus Subhan dan ahliyah-nya. Beliau adalah murid Maulana Ilyas di Nizamuddin. Istrinya seorang ‘alimah yang memiliki risau fikir terhadap kondisi muslimah di Mewat saat itu, beliau sedih melihat keadaan kaum wanita yang jauh dari agama dan berpikir bagaimana caranya agar wanita bisa ikut mengamalkan agama. Di rumah beliau, diadakan majelis ilmu untuk mengajarkan wanita akan pentingnya agama.

Suatu hari, Maulana Ilyas berkunjung ke rumah Maulana Abdus Subhan. Kesempatan itu Maulana Abdus Subhan gunakan untuk bertanya langsung kepada Maulana Ilyas tentang risau fikir ahliyahnya, “Mengapa Tuan tidak membentuk jamaah untuk wanita sebagaimana Tuan membentuk jamaah bagi kaum laki-laki?” Maulana Ilyas sempat terkejut mendengar persoalan ini, beliau tidak menyangka jika usaha dakwah ini mendapat perhatian dari kalangan wanita. Beliau memang merisaukan keadaan masyarakat Mewat (khususnya muslimah) yang tidak berbeda dengan cara hidup wanita Hindu saat itu, namun belum ada niat untuk melibatkan wanita dalam usaha dakwah tabligh.

Maulana Ilyas kembali ke markaz Nizamuddin dan mengadakan musyawarah dengan para elders, diantaranya Maulana Yusuf Kandahlawi, Maulana In’amul Hasan, dan Maulana Daud Al-Mewati (semua adalah khalifah Maulana Ilyas dalam 4 silsilah thariqat). Awalnya mereka sepakat untuk tidak mengadakan aktivitas bagi kaum wanita untuk menghindari fitnah. Kemudian Maulana Ilyas berkata, "Jika kaum wanita dibolehkan untuk menjenguk orang sakit, menghadiri undangan, ta'ziyah dan ziarah, mengapa mereka dilarang menghadiri majelis jamaah tabligh?"

Lalu Maulana Ilyas mengadakan pertemuan dengan Mufti besar di India pada saat itu, yaitu Mufti Kifayatullah Dehlawi untuk meminta pembenaran dan pengesahan terhadap usaha dakwah yang dilakukan oleh kaum wanita dengan menerangkan secara rinci kegiatan yang akan mereka lakukan sepanjang berada di jalan Allah. Awalnya Mufti Kifayatullah mempersoalkan tindakan itu dengan berkata, "Mengapa engkau keluarkan wanita dari rumah mereka sedangkan para Shahabiah mengurung diri mereka di rumah-rumah mereka?" Maulana Ilyas memberi dalil tentang kepentingan wanita untuk keluar di jalan Allah sebagaimana Shahabiah juga keluar ke medan jihad untuk membantu tentara Islam menyediakan makanan, minuman, obat-obatan, mengobati mujahid yang cedera, serta memberi minum kuda-kuda perang. Mufti Kifayatullah hanya diam.

Pada tahun 1940 M, Jamaah Masturah pertama dikeluarkan dan dihantar ke kampung Ghasera, sebuah desa di Mewat - Utara India. Sebelum berangkat, Maulana Ilyas memberi bayan hidayah kepada Jamaah Masturah dan Mufti Kifayatullah ikut hadir dalam majelis tersebut. Setelah bayan selesai, Mufti Kifayatullah Dehlawi berkata, "Jika maksud dan tujuan wanita khuruj untuk islah diri dan mengajak wanita lain juga sama-sama membina iman dan amal dalam rumah-rumah mereka dengan menjaga batas-batas syari'at (hijab) mereka sebagaimana yang kamu gariskan dalam bayan hidayah yang kamu sampaikan, maka aku setuju denganmu Ilyas..." Rombongan ini terdiri atas 7 pasang dan bertindak sebagai Amir Jamaah ialah Maulana Daud al-Mewati. Selama 10 hari jamaah ini gerak di kampung Ghasera, kaum laki-laki berdiam di masjid dan kaum wanita menetap di rumah Miyanji Musa al-Mewati. Jamaah masturah ini dikhidmat sepenuhnya oleh Miyanji Musa dan istrinya.

Inilah awal mula usaha dakwah masturah. Masyaikh katakan, jika kaum lelaki mengambil usaha dakwah maka Islam akan sampai ke pintu-pintu setiap rumah, namun jika wanita juga ikut dalam usaha dakwah maka Islam akan masuk ke setiap kamar, dapur, dan ruang-ruang di dalam rumah. Yang dikehendaki dalam usaha masturah adalah menghidupkan amalan-amalan agama di dalam rumah, sehingga rumah berfungsi seperti masjid. Dengan adanya amalan masjid di dalam rumah, maka rumah itu akan menjadi rumah taqwa yang dinaungi oleh para malaikat dan akan tampak bercahaya dilihat oleh penghuni langit.



Memang tidak ada wanita yang dipilih menjadi Nabi/Rasul, namun perannya dalam mendampingi seorang Nabi/Rasul sangat berpengaruh bagi penyebaran agama. Nabi Nuh As yang berdakwah selama 950 tahun hanya mampu membawa segelintir orang ke dalam perahunya, sedangkan Nabi Ibrahim As yang dikaruniai istri-istri sholehah melahirkan generasi yang juga terpilih menjadi Nabi dan Rasul yang memiliki pengikut yang sangat banyak hingga akhir zaman. Asbab wanita sholehah sebagai partner kerja usaha dakwah, perjuangan kaum lelaki dalam mengamalkan dan mendakwahkan agama akan semakin mudah. InsyaAllah.

*

NB:

Tahun 1934M, Maulana Ilyas mulai memberikan perhatian khusus kepada wanita muslimah, diantaranya tentang cara berpakaian. Beliau mulai menyusun satu program khusus bagi wanita. Lokasi pertama yang dipilih sebagai medan percobaan program ini adalah di kampung Panchayat, Nuh. Ada 15 perkara yang telah digariskan oleh beliau, yaitu:

1. Memperkokoh kalimah (tauhid)
2. Menjaga solat
3. Mempelajari ilmu agama
4. Berpakaian sesuai syariat Islam
5. Hidup dengan tatacara Islam
6. Tidak bercampur baur dengan lelaki
7. Mengadakan majelis pernikahan dengan cara Islam
8. Tidak menerima kepercayaan dari agama lain
9. Menjaga batasan aurat
10. Bertanggungjawab dalam setiap program agama
11. Tidak memberikan pendidikan sekular kepada anak-anak sebelum memberikan pendidikan agama
12. Berazam kuat untuk menyebarkan agama
13. Memelihara kemuliaan sebagai seorang wanita
14. Sanggup bersusah payah (berkorban) untuk agama
15. Berjanji untuk mempertahankan muru'ah (kehormatan) wanita dan menghormati satu sama lain.

Inilah usul pertama dalam merangka program khusus bagi muslimah di Mewat. Mereka akan berkumpul di sebuah rumah, lalu membacakan hadith-hadith Nabi Saw. Kemudian ada lelaki yang berpengalaman dakwah datang ke rumah tersebut (tempat berkumpulnya wanita-wanita muslimah ini) untuk memberikan syarahan/bayan yang dipisahkan dengan tabir/hijab.

*

Alfaqirah ila Rabbiha
Khaleeda

Related Posts

No comments: